Peranan Tasawuf dalam Penyebaran Agama Islam di Asia Tenggara

Salah satu proses islamisasi yang terjadi di asia tenggara adalah tasawuf. Peranan tasawuf ini tidak dapat dilupakan dalam perkembangan islam di asia tenggara.
Dalam penyebaran agama islam di asia tenggara, pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat di asia tenggara. Kaum sufi itu ibarat pakar psikologi yang menjelajahi segenap penjuru negeri demi menyebarkan kepercayaan Islam. Dari kemampuan memahami spirit Islam sehingga dapat berbicara sesuai dengan kapasitas (keyakinan dan budaya) audiensnya.[1]
Tidak bisa dipungkiri bahwa kaum para sufi mahir dalam soal magis. Tentunya dibawah kekuasaan yang masa kuasa, mereka mampu membanu dalam bidang pengobatan. Seperti yang kita ketahui, pada masa itu tentunya ilmu kedokteran belum berkembang seperti sekarang ini. Jadi di bidang kesehatan para sufi mampu dalam penyembuhan masyarakat, misalnya dengan rukiah, dll.
Sebagian para sufi  juga ada yang menikah dengan puteri - puteri bangsawan setempat. Hal ini juga mempercepat penyebaran agama islam di asia tenggara.
Dengan tasawuf, bentuk Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan diterima.
Tasawuf adalah faktor terpenting bagi tersebarnya Islam secara luas di Asia Tenggara. Karena ” Islam Pertama” yang diperkenalkan di Jawa, adalah Islam dalam corak sufi. Islam dalam corak demikian itulah yang paling mampu memikat lapisan bawah, menengah dan bahkan bangsawan. Tasawuf berusaha dengan hati hati merubah idiom-idiom budaya lama (Animisme, Hindu, Budha) yang berkaitan dengan pandangan dunia (worldview), kosmologi, mitologi, dan keyakinan takhayul agar tidak bertentangan dengan Islam. Wadah-wadah lama yang dipakai, isinya diganti. Peninggalan kejeniusan masa silam masih dapat terlihat dalam upacara daur hdiup, upacara desa dan semacamnya. Dalam upacara tersebut, orang biasanya menyediakan makanan, tetapi do`anya bukan untuk para ”dewa-dewa”, namun ditujukan sebagai permohonan kepada Allah, Tuhan Sang Maha Pencipta, dan makanannya dimakan bersama-sama setelah memanjatkan do`a.
Kegemilangan tasawuf tersebut tentu saja tidak terlepas dari peranan dan kontribusi tokoh-tokoh tasawuf. Tokoh-tokoh yang memiliki sifat dan watak yang lebih kompromis dan penuh kasih sayang. Tasawuf memang memiliki kecenderungan yang tumbuh dan berorientasi kosmopolitan, tidak mempersoalkan perbedaan etnis, ras, bahasa, dan letak geografis. Dakwah Islam yang dilakukan kaum sufi berkembang cukup berhasil dan keberhasilan itu terutama ditentukan oleh pergaulan dengan kelompok- masyarakat dari rakyat kecil dan keteladanan yang melambangkan puncak kesalehan dan ketekunan dengan memberikan pelayanan-pelayanan sosial, sumbangan, dan bantuan dalam semangat kebersamaan dan rasa persaudaraan murni.

Peranan Tasawuf dalam Penyebaran Agama Islam di Asia Tenggara
Penyebaran Agama Islam Oleh Para Sufi
Salah satu saluran islamisasi di asia tenggara adalah saluran tasawuf. Seperti yang kita ketahui, para sufi mahir dalam bidang penyembuhan. Namun demikian, peran tasawuf dalam penyebaran agama islam di asia tenggara tidak terbatas dengan magis tersebut. Ada beberapa hal yang dilakukan oleh paraa sufi dalam islamisasi masyarakat asia tenggara.
Pertama adalah pendidikan. Para sufi menyebarkan ajaran islam dan mengajarkan masyarakat tentang aturan aturan dan syariat islam. Salah satunya adalah dalam bentuk pondok pondok pesantren. Para sufi mengajarkan ilmu islam pada masyarakat setempat. Melalui pesantren ini, banyak dihasilkan santri santri yang kemudian juga menyebarkan agama islam.
Yang kedua adalah melalui seni. Sebagian dari para sufi juga ahli di bidang seni. Meraka menciptakan seni seni yang bernuansakan islami untuk menarik perhatian masyarakat sekaligus mengajarkan syariat islam pada para penonton yang tidak lain adalah masyarakat asia tenggara. Adapun seni yang dikembangkan dapat berupa syair syair, wayang, atau seni seni lain.
Selanjutnya, para sufi juga ada yang menikah dengan putri putri bangsawan setempat. Hal ini juga menjadikan penyebaran agama islam diasia tenggara dapat berkembang dengan pesat.

Tokoh Tokoh Tasawuf yang Berperan dalam Islamisasi Asia Tenggara

  • 1.   Sheikh Ali Abdullah . Dikatakan dia adalah seorang bangsa Arab yang dahulunya tinggal di Patani, beliau telah mengislamkan raja Kelantan. [2]
  • 2.    Sheikh Abdullah bin Syeikh Ahmad bin Sheikh Ja’far Qaumiri dari negeri Syahrir, Yaman. Beliau sampai di Kedah pada tahun 531 Hijrah. Beliau berhasil mengislamkan Sri Paduka Maharaja dan menteri-menterinya. [3]
  • 3.   Syarif Kebungsuan. Nama asalnya ialah Syarif Muhammad bin Zainal Abidin yang datang dari negeri Johor yang menyebarkan islam di filiphina. Adapun Syarif Zainal Abidin itu diketahui adalah keturunan Rasulullah yang menyebarkan Islam di Johor
  • 4.  Syekh Hamzah Al-fansuri. Syeikh Hamzah Fansuri adalah seorang cendekiawan, ulama tasawuf, dan budayawan terkemuka yang diperkirakan hidup antara pertengahan abad ke-16 sampai awal abad ke-17. Nama gelar atau takhallus yang tercantum di belakang nama kecilnya memperlihatkan bahwa pendekar puisi dan ilmu suluk ini berasal dari Fansur, sebutan orang-orang Arab terhadap Barus, sekarang sebuah kota kecil di pantai barat Sumatra yang terletak antara kota Sibolga dan Singkel[4]. Syekh Hamzah al-fansuri merupakan tokoh tasawuf yang menyebarkan agama islam dengan seni nya berupa syair syair. Beliau terkenal dengan karya karyanya.
  • 5.    Sunan Panggung atau Syeikh Malang Sumirang, yang memiliki nama asli Raden Watiswara, diperkirakan hidup antara tahun 1483-1573 m. Beliau putra dari Sunan Kalijaga hasil perkawinan dari Siti Zaenab Saudara Sunan Gunungjati. Menurut Babad Jalasutra sebelum di jatuhi hukuman bakar hidup-hidup, ia memiliki istri Wasi Bagena dari Jatinom Klaten yang masih cucu Brawijaya 8.




[1] http://www.tqnnews.com/berita-158-kaum-sufi-pembangun-peradaban-islam.html
[2] http://www.utusan.com.my/utusan/info.asp?y=2008&dt=0505&pub=Utusan_Malaysia&sec=Bicara_Agama&pg=ba_01.htm
[3] http://www.utusan.com.my/utusan/info.asp?y=2008&dt=0505&pub=Utusan_Malaysia&sec=Bicara_Agama&pg=ba_01.htm
[4] http://sufiroad.blogspot.com/2010/11/sufi-road-syeikh-hamzah-al-fansuri.html